selamat datang di blog kelompok kami

Mari Berbagi Ilmu

Minggu, 23 Februari 2014

MODEL-MODEL STRUKTUR WACANA


MODEL-MODEL STRUKTUR WACANA

Untuk memenuhi tugas akhir matakuliah
Wacana Bahasa Indonesia (AKKB172)
Dosen:
Noor Cahaya, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 1
1.   Nanda Amalia A1B111013
2.      Nurmila Sari A1B111004
3.      Riky Marliadi A1B111012
4.      Siti Nurdiana A1B111020


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2014


PENDAHULUAN

Latar Belakang 
Wacana adalah teks yang berupa rangkaian proposisi sebagai hasil pengungkapan ide/gagasan. Pada komunikasi secara lisan (seperti percakapan) wacana merupakan proses komunikasi secara lisan yang berupa rangkaian ujaran. Pada Webster, wacana berarti, (1) komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan, koversi atau percakapan; (2) komunikasi secara umum terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah; (3) risalah tulisan, disertasi formal, kuliah, ceramah, kutbah (Tarigan, wacana dalam Wijana: 66).
Dari sudut pandang linguistik, wacana adalah suatu rangkaian sinambung bahasa (khususnya lisan) yang lebih luas dari kalimat. Sudut pandang psikolinguistik memandang wacana sebagai suatu proses dinamis pengungkapan dan pemahaman yang mengatur orang dalam interaksi kebahasaan (Crystal dalam Wijana, 2010: 67)
Sementara itu menurut Tarigan (dalam Wijana, 2010:67), mengatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tulis.
Koherensi adalah keseharian hubungan antar unsur yang satu dan unsur yang lain dalam wacana, sedangkan koherensi adalah kepaduan wacana sehingga  komunikatif mengandung suatu ide. (Djajasudarma dalam Wijana, 2010: 67)
Lebih lanjut dijelaskan wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan.
Hoed mengatakan bahwa wacana adalah bangun teoritis abstrak yang maknanya dikaji dalam kaitannya dengan konteks dan situasi komunikasinya. Yang dimaksud konteks adalah unsur bahasa yang dirujuk oleh suatu ujaran, sedangkan situasi adalah unsur nonbahasa yang dirujuk oleh suatu ujaran. Dengan demikian, wacana ada dalam tataran langue, sedangkan teks adalah realisasi sebuah wacana dan ada pada tataran parole. Untuk memperjelas pengertian wacana tersebut, Hoed (1994: 128) memberi contoh sebagai berikut. Jika ada ujuran (teks), misalnya “kanan’ maka ujuran tersebut akan dapat dipahami maknanya jika dikaji dalam kaitannya dengan situasi komunikasi yang mengiringi ujaran itu. Jika untuk ujaran itu diandaikan adanya suatu situasi komunikasi di ucapkan dalam mobil oleh seorang kepada orang lain yang mengemudikan mobil itu dan yang duduk di sampingnya, maka ujaran “kanan” tersebut berproposisi ‘beloklah ke kanan’. Dengan demikian, menurut Hoed, pengertian wacana dalam contoh tersebut adalah bangun teoritis yang membentuk hubungan antara leksem kanan dengan seluruh situasi komunikasi yang mengiringinya
Menurut Wijaya (2010: 68) wacana adalah (1) rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.

Rumusan Masalah
  1.  Bagaimana model struktur pertukaran dalam percakapan?
  2.   Bagaimana model struktur pertukaran di kelas?
  3.   Bagaimana model struktur iklan

Tujuan
  1.  Mendeskripsikan model struktur pertukaran dalam percakapan
  2.  Mendeskripsikan model struktur di kelas
  3.  Mendeskripsikan model struktur iklan 

PEMBAHASAN

Pengertian Struktur 
Brown dan Yule (dalam Arifin dan Rani, 2000: 40) menyatakan struktur wacana berbeda dengan struktur kalimat. Struktur wacana bersifat lebih terbuka dengan struktur kalimat. Struktur kalimat bersifat tertutup. Kemungkinan variasi susunan unsur-unsur kalimat sangat terbatas, sedangkan kemungkinan variasi susunan unsur-unsur struktur wacana lebih besar. Oleh karena sifatnya yang demikian itu, ada pandangan yang menganggap bahwa wacana itu tidak mempunyai struktur. Namun, pandangan ini tidaklah benar, mengingat bahwa penggunaan bahasa atau wacana itu bersifat linear. Artinya, dalam satu waktu seseorang hanya dapat melahirkan atau memproduksi satu satuan bahasa, misalnya kata atau kalimat, karena sifat penggunaan bahasa yang demikian itu maka wacana memiliki struktur.

Model Struktur Pertukaran Dalam Percakapan
Istilah struktur pertukaran yang digunakan di sini berbeda dengan struktur yang digunakan dalam tata bahasa. Struktur pertukaran di sini diartikan sebagai suatu perangkat aturan yang digunakan oleh peserta percakapan dalam melakukan tukar-menukar informasi atau lainnya. Aturan-aturan itu lebih ditekankan pada seperangkat pola atau urutan-urutan tingkah laku yang teratur dalam hubungan melakukan hubungan timbal balik. Dengan menerapkan aturan-aturan itu, ujaran dalam suatu percakapan akan lebih mudah diterima. Dengan kata lain, ujaran yang menunjukkan suatu urusan yang teratur akan lebih mudah dipahami.
Struktur percakapan merupakan salah satu unsur wacana percakapan yang cukup penting. Menurut Stubbs (1981: 107-109) struktur pertukaran itu dapat digunakan untuk melihat koherensi wacana. Dengan mengatur unsur-unsur struktur yang sesuai, koherensi wacana dapat diciptakan.
Bellack, dkk. (dalam Coulthard 1981; Sinclair dan Coulthard, 1975: 17-18) telah mengadakan penelitian struktur interaksi di kelas. Dalam penelitiannya tersebut, Bellack mengusulkan empat unsur struktur wacana di kelas. Unsur yang dimaksud adalah a) penstrukturan (structuring) b) permintaan (soliciting) c) penanggapan (responding) dan d) pereaksian (reacting). Secara rinci unsur-unsur itu dapat dijelaskan seperti berikut. Penstrukturan merupakan perilaku untuk mengarahkan kelangsungan peristiwa pedagogis dan mengajak siswa untuk memperhatikan sesuatu. Permintaan merupakan suatu kategori unsur struktur yang dimaksudkan untuk memancing munculnya tanggapan dari siswa baik verbal maupun nonverbal. Selanjutnya, tanggapan merupakan tindakan jawaban atas permintaan yang menyatakan hubungan timbal balik. Pereaksian merupakan kategori tindakan yang berupa tindak lanjuk dari kategori sebelumnya yang mungkin berupa penjelasan, ringkasan, dan perluasan dari apa saja yang telah dikatakan lebih dulu.
Struktur pertukaran dalam percakapan dapat dianalisis dalam setiap satuan pertukaran. Stubbs (1981: 109-111) menyatakan bahwa pertukaran merupakan sebuah satuan terkecil dalam interaksi. Sebuah pertukaran diawali oleh sebuah pemicu atau inisiasi yang berfungsi sebagai pembuka interaksi (I). Pemicu itu diikuti oleh sebuah tanggapan atau respon (R). Tanggapan itu mungkin dapat berupa tindak verbal/non verbal. Tanggapan itu dapat juga diikuti tindak lain sebagai lanjutan/balikan (feedback/ F). Lanjutan itu bersifat manasuka. Oleh sebab itu, Stubbs (1981) merevisi rumusan struktur pertukaran yang dikemukakan Sinclair dan Coulihard (1975) menjadi [IR(F)] (artinya pemicu diikuti oleh tanggapan dan mungkin diikuti oleh lanjutan yang bersifat manasuka)
Stubbs menyatakan bahwa suatu ujaran dapat dianggap sebagai pemicu 1) bila ujaran itu dapat dipahami tanpa mempunyai ikatan leksikal maupun gramatikal dengan ujaran sebelumnya. Pemicu sebagai tanda awal dari suatu pertukaran. Sebaliknya, bila dapat dipahami jika harus mengaitkan dengan ujaran yang sebelumnya, maka termasuk satu pertukaran yang sama dengan ujaran sebelumnya. Ujaran yang demikian biasanya memiliki ketergantungan baik secara leksikal maupun gramatikal pada ujaran sebelumnya. Contoh:
(1)   A: Apakah kamu membawa jam tangan?
(2)   B: Ya
(3)   A: Jam berapa sekarang?
(4)   B: Lima belas
(5)   A: Betul?
(6)   B: Ya
(7)   A: Terima Kasih
(8)   B: Iya
Menurut Stubbs, ujaran (1),(2),(4) merupakan suatu pembuka yang memicu ujaran berikutnya.
            Kajian Sinclair dan Coulthard (dalam Jumadi, 2010: 54) menunjukkan bahwa wacana dibangun atas lima bagian, yakni lesson, transaction, exchange, move, dan act. Dari bagian-bagian itu membentuk struktur wacana kelas. Jika ditinjau dari sudut pandang behavioristik, proses percakapan terkait dengan stimulus-respon. Proses stimulus-respon yang berulang akan menimbulkan kebiasaan dan keteraturan. Dalam pasangan berdekatan, stimulus-respon ini dapat dilihat pada tuturan yang berfungsi sebagai inisiasi (I) dan diikuti oleh tuturan yang berfungsi sebagai respon (R), yang wujudnya sangat bergantung pada jenis tuturan awal yang berfungsi sebagai inisiasi.
Cook (dalam Jumadi, 2010: 55) memberi contoh sebagai berikut.
Inisiasi
Respon
·         Penawaran
·         Penerimaan
·         Penolakan
·         Penilaian
·         Persetujuan
·         Pertentangan
·         Penyalahan
·         Sanggahan
·         Pengakuan
·         Pertanyaan
·         Jawaban yang diharapkan
·         Jawaban yang tidak diharapkan

            Terkait dengan pemberian respon, Halida dan Hasan (dalam Jumadi, 2010: 55) membedakan respon atas dua jenis, yakni respon langsung dan respon tak langsung. “Respon langsung adalah respon yang menjawab pertanyaan”. Sementara itu “Respon tak langsung adalah respon yang mengomentari pertanyaan (komentar) atau respon yang mengabaikan (sangkalan) atau respon yang memberi informasi pendukung (respon pendukung)”. Pasangan berdekatan terdiri atas rangkaian tindak tutur yang membentuk struktur percakapan.
            Hasil kajian menunjukkan bahwa percakapan guru-siswa mempunyai tiga bagian, yakni Initiation (I) –Response (R) – Feedback (F). Sebuah I dapat meramalkan R yang mengikuti, dan R terjadi sebagai reaksi terhadap I yang mendahului. Jadi, I dan R terjadi hubungan yang simetris. Dalam percakapan, F sering berfungsi sebagai penutup bagian suatu percakapan. Struktur dasar tersebut mungkin terjadi variasi struktur: (a) [IRF] ,(b) [IR(F)], dan (c) [I(R)]. Dalam struktur variasi tersebut, (R) dan (F) berarti mungkin ada atau tidak. Jika suatu I diikuti oleh R dan F secara wajar, tentu proses komunikasi akan berlangsung secara efektif dan efisien.

Model Struktur Pertukaran di Kelas
Ramirez (dalam Arifin dan Rani, 2000: 52-55) menyatakan bahwa dalam interaksi kelas terdapat tiga lapisan pertukaran, yaitu tindak, gerak, dan pertukaran.  Pola pertukaran itu dirumuskan sebagai pembuka, jawaban, dan tindak lanjut. Ketiga unsur struktur itu disebut gerak. Gerak-gerak itu terdiri atas sejumlah tindak, sedangkan tindak dapat dibatasi berdasarkan fungsi ujaran dalam sebuah wacana, seperti pertanyaan, perintah, memberi keterangan, dan sebagainya. Gerak yang dideskripsikan Ramirez adalah gerak pembukaan, jawaban, dan lanjutan.
-          Pembukaan (opening)
1.      Pertanyaan sungguhan yaitu menanyakan sebuah informasi, penjelasan, alasan, keterangan yang tidak diketahui oleh penutur.
2.      Pertanyaan pura-pura yaitu pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui informasi, penjelasan, alasan, dan sebagainya yang sebenarnya telah diketahui penutur.
3.      Permintaan (keras) secara langsung yaitu ujaran yang berisi permintaan yang berupa perintah yang memerlukan jawaban atau tindakan para pendengar.
4.      Permintaan (lunak) tak langsung yaitu ujaran yang berisi permintaan yang berupa perintah lunak yang memerlukan jawaban verbal/tindakan dan cara penyampaiannya secara tidak langsung.
5.      Informatif yaitu ujaran yang berupa pernyataan yang berisi pendapat, ide, contoh-contoh, alasan, dan sebagainya yang ditunjukkan kepada mitra tuturnya.
6.      Metastatement yaitu suatu pernyataan yang berisi informasi yang sedang terjadi atau akan terjadi selama peristiwa belajar-mengajar.
7.      Ekspresif yaitu suatu ujaran yang bersifat pribadi yang dapat berisi komentar, penghargaan, atau pelahiran emosi yang lain

-     Penjawaban (answering)
1.      Menjawab yaitu suatu tanggapan terhadap sebuah pertanyaan yang ditujukan pada dirinya.
2.      Timbal tindak yaitu tanggapan berupa tindak verbal/nonverbal sebagai jawaban dari permintaan atau perintah.
3.      Ucapan terima kasih yaitu tanggapan untuk mengucapkan terima kasih atas sebuah informasi yang diberikan.
4.      Pengulangan yaitu pengulangan terhadap ujaran pembuka.
5.      Pemicu ulang yaitu suatu ujaran yang ditujukan untuk mengulang/memulai lagi.

-     Pelanjutan (Follow-up)
1.   Penerimaaan yaitu ujaran yang berisi penerimaan terhadap jawaban.
2. Penghargaan yaitu ujaran yang berisi penilaian terhadap jawaban atau pertimbangan kualitas.
3. Komentar yaitu ujaran yang berupa pernyataan. Komentar ini biasanya mengikuti penerimaan, penghargaan, atau pembetulan.
4. Pembetulan yaitu ujaran yang dimaksudkan untuk membetulkan jawaban siswa.
5. Pengulangan yaitu ujaran yang berupa pengulangan jawaban.
6. Parafrase yaitu ujaran yang berupa pengubahan bentuk jawaban.

Sebagai wacana resmi dan direncanakan, wacana interaksi kelas tentunya berbeda dengan wacana alami yang tidak direncanakan. Dalam interaksi kelas, guru mempunyai pengaruh dalam  menentukan struktur pertukaran. Ellis (dalam Arifin dan Rani, 2000: 55) menyatakan bahwa guru dalam  interaksi di kelas mempunyai kedudukan sebagai 1) peserta dalam seluruh pertukaran, 2) pemicu dalam pertukaran, 3) penutup pertukaran, 4) penutup ikut-tidaknya peserta lain dalam sebuah pertukaran 5) penerima untuk beberapa pemicu 6) penentu pembicara selanjutnya 7) penentu jumlah ujaran setiap pembicara. 
Pola pertukaran dirumuskan sebagai pembuka, jawaban, dan tindak lanjut. Ketiga unsur strruktur itu disebut gerak. Gerak-gerak itu terdiri atas sejumlah tindak, sedangkan tindak dapat dibatasi berdasarkan fungsi ujaran dalam sebuah wacana, seperti pertanyaan, perintah, memberi keterangan, dan sebagainya. Gerak yang dideskripsikan adalah gerak pembukaan, jawaban, dan lanjutan. Tarigan(1993: 154-162) menyatakan beberapa pola pertukaran sebagai berikut.
1)   Keterangan guru
Pertukaran ini digunakan apabila guru menceritakan fakta, opini, gagasan, informasi baru kepada siswa. Siswa membuat jawaban lisan terhadap prakarsa guru, walaupun tidak selalu dapat dijawab oleh siswa.
2)   Pengarahan Guru
Pertukaran yang termasuk kategori ini mencakup semua pertukaran yang dirancang untuk membuat siswa melakukan sesuatu tetapi tidak mengatakan sesuatu. Karena alam dan sifat kelas, maka jawaban merupakan unsur wajib struktur. Umpan balik bukan merupakan unsur pokok pada struktur ini walaupun kerap kali juga terjadi atau sering kali muncul.
3)   Pancingan guru
Kategori pertukaran pancingan guru ini mencakup semua pertukaran yang dirancang untuk memperoleh kontribusi-kontribusi lisan dari para siswa. Pertukaran pancingan yang terjadi di dalam kelas mempunyai fungsi yang berbeda dari yang kebanyakan terjadi di luar kelas. Guru memberikan pertanyaan yang jawabannya sudah diketahui kepada siswa.
4)   Pancingan siswa
Dalam banyak kelas di sekolah, para siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan dan kalaupun ada terutama sekali jenis pertanyaan. Biasnya siswa harus menarik perhatian guru, barulah dia permisi berbicara. Penawaran awal dapat ditolak dengan ‘tidak sekarang’ atau ‘tunggu sebentar’ dan pertukaran tidak pernah turun ke dasar. Pancingan siswa tidak menuntut umpan balik.
5)   Keterangan siswa
Para siswa biasanya mengemukakan informasi yang mereka pikir relevan, atau menarik dan mendapatkan tanggapan berupa komentar atau evaluasi.
6)   Pemeriksaan
Guru perlu mengetahui keberhasilan siswa. Oleh karena itu, guru melakukan pemeriksaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan nyata yang jawabannya tidak diketahui oleh guru.
7)   Re-inisiasi (i)
Guru menggunakan pertanyaan yang sama untuk memperoleh responsi dari suatu elisitasi. Selanjutnya, guru dapat menggunakan pancingan asli sebagai langkah kedua untuk memperoleh jawaban.
8)   Re-inisiasi (ii)
Ada dua cara yang dapat dilakukan guru jika memperoleh jawaban yang salah dari siswa. Pertama, bertahan dengan siswa yang sama dan membimbing mencari jawaban yang benar. Kedua, tetap bertahan dengan pertanyaan yang sama dan beralih kepada siswa lain.
9)   Pendaftaran
Kadang-kadang para guru belum memberikan evaluasi sampai mereka memperoleh dua atau tiga jawaban. Kadang kala mereka ingin meyakinkan bahwa lebih dari satu orang mengetahui jawabannya.
10)    Penguatan
Guru memberikan arahan dalam pembelajaran berupa tindakan yang harus dikerjakan oleh siswa. Namun, terkadang ada siswa yang enggan atau tidak mengerti terhadap arahan tersebut. Hal yang harus dilakukan oleh guru adalah memberi petunjuk, dorongan, atau nominasi.
11)    Pengulangan
Pada setiap situasi komunikatif akan ada saatnya seseorang tidak menyimak. Hal yang bisa dilakukan adalah mengulang penjelasan atau jawaban.

Model Struktur Iklan
Berkenaan dengan struktur wacana, Bolen (dalam Arifin dan Rani, 2000:56)  memandang struktur wacana iklan dari segi proposisinya. Wacana iklan mempunyai tiga unsure pembentukan struktur wacana, yaitu (1) butir utama (headline), (2) badan (body), dan (3) penutup (close). 

Butir Utama Iklan
Tujuan pertama dalam wacana iklan adalah menarik perhatian untuk ini diperlukan pesan-pesan iklan yang menarik dan penting, sehingga dapat menarik perhatian calon konsumen. Bagian ini dapat menyajikan proposisi-proposisi sebagai berikut
(1)   Proposisi yang Menekankan Keuntungan Calon Konsumen
Proposisi yang menekan pada keuntungan calon konsumen sering dimanfaatkan sebagai alat untuk memancing perhatian konsumen. Contoh penggalan wacana iklan produksi sabun Rinso.
(2)   Proposisi yang Membangkitkan rasa Ingin Tahu pada Para Calon Konsumen
Butir utama yang membangkitkan rasa ingin tahu calon konsumen merupakan juga digunakan untuk menarik perhatian konsumen pada tahap awal.
(3)   Proposisi yang Berupa Pertanyaan yang Menuntut Perhatian Lebih
Proposisi yang berupa pertanyaan yang menarik perhatian lebih besar, jika pertanyaan itu sesuai dengan masalah yang dialami konsumennya.
(4)   Proposisi yang Memberi Komando atau Perintah kepada Calon Konsumen
Proposisi yang memberi komando atau perintah untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehubungan dengan produk yang diiklankan banyak dipakai sebagai butir utama dalam iklan radio Butir utama yang berupa komando tentunya harus bersifat positif.
(5)   Proposisi yang Menarik  Perhatian Konsumen Khusus
Proposisi yang menarik perhatian konsumen atau sasaran khusus (attract the target market ) juga dimanfaatkan untuk menarik perhatian pada awal komunikasi.

Badan Iklan
Tujuan tahap kedua, setelah menarik perhatian, adalah menarik minat dan kesadaran calon konsumen. Tujuan tahap ini diwadah dalam bagian badan. Alas an objektif berupa informasi yang dapat diterima oleh nalar calon konsumen, sedangkan alasan subjektif berupa berupa hal-hal yang dapat mengaduk emosi calon konsumen.
Berdasarkan jenis proposisi yang diungkapkan, bagian badan (Bd) wacana iklan radio, dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) berisi alasan subjektif, (2) berisi alasan objektif, dan (3) campuran alasan subjektif dan objektif.

Penutup Iklan
Bagian penutup suatu wacana iklan dapat juga berisi informasi-informasi lain yang berhubungan dengan topic yang diiklankan. Informasi jenis ini dinamakabn butir-butir pasif. Informasi tersebutkan dapat berupa nomor telepon, cap dagang, dan tempat pelayanan. Tujuan ketiga dalam wacana iklan adalah mengubah tindakan tertentu pada diri konsumen. Walaupun keseluruhan hasil komunikasi itu baik, belum dapat dikatakan sempurna bila tidak ada tindakan yang diambil oleh konsumennya. Sebuah iklan produk yang bertujuan menjual sebanyak mungkin, belum dikatakan berhasil bila tidak ada atau sedikit konsumen yang membeli produk tersebut. Oleh sebab itu, bagian penutup iklan sering dimanfaatkan untuk memacu konsumen agar cepat bertindak dengan tujuan pengiklan.
Pengembangan bagian penutup wacana iklan, ada dua hal yang perlu dipertimbangkan yaitu (1) pendekatan penjualan (selling approach)  dan (2) butir-butir pasif (passive point). Pengembangan bagian penutup wacana iklan radio pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu pengembangan teknik (1) teknik keras dan lunak, (2) teknik lunak, (3) dan campuran teknik keras dan butir-butir pasif. 




PENUTUP
Simpulan
            Struktur wacana bersifat lebih terbuka dibanding dengan struktur kalimat. Struktur pertukaran dalam percakapan adalah  suatu perangkat aturan yang digunakan oleh peserta percakapan dalam melakukan tukar-menukar informasi atau lainnya yang dapat digunakan untuk melihat koherensi wacana.
            Model struktur pertukaran di kelas secara umum dirumuskan sebagai pembuka, jawaban, dan tindak lanjut. Model struktur iklan terdiri dari butir utama, badan, dan penutup yang diklasifikasikan menjadi empat, yaitu (1) teknik keras dan lunak, (2) teknik lunak, (3) dan campuran teknik keras dan butir-butir pasif, dan (4) pengembangan dengan campuran teknik keras dan butir-butir pasif. 


Daftar Rujukan
Arifin, Bustanul dan Abdul Rani. 2000. Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional. 
Jumadi. 2010. Wacana: Kajian Kekuasaan Berdasarkan Ancangan Etnografi Komunikasi dan Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Prisma.
Tarigan, H. G. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

4 komentar:

  1. adakah kekurangan & kelbhannya, mun ada apa2 ja!

    BalasHapus
  2. Berikan contoh percakapan yang mengalami pereaksian berupa penjelasan, ringkasan, dan perluasan!

    Berdasarkan pembagian badan iklan di atas, alasan manakah yang lebih dominan digunakan dalam periklanan saat ini?

    (Risqi Hayati HS-Kelompok 3-Wacana)

    BalasHapus
  3. Jelaskan mengenai butir-butir pasif (Passive Point) dalam pengembangan bagian penutup wacana iklan!

    Wacana Kelompok 4

    BalasHapus
  4. Terima kasih atas tanggapan dan pertanyaannya.

    • Jawaban untuk pertanyaan Miftahul Huda:
    Berdasarkan paparan pada materi, setiap model struktur memiliki ranahnya sendiri. Artinya, model struktur wacana iklan tidak dapat digunakan dalam struktur wacana kelas. Begitu juga sebaliknya.
    - Untuk wacana iklan, kekurangannya yaitu dapat memengaruhi pandangan, gagasan, dan perilaku manusia/masyarakat jika dilihat dan didengar secara terus-menerus, yang otomatis akan muncul saat menghadapi suatu persoalan. Contoh: Saat seseorang mengalami batuk, maka daya igat kita akan segera merujuk pada iklan obat batuk “Komix” karena semboyannya “Batuk? di Komix aja!”. Sedangkan kelebihannya yaitu dengan adanya wacana iklan, maka produk yang dihasilkan oleh produsen akan cepat dikenal oleh calon konsumen yang berdapat terhadap penjualan produk karena kandungan kalimat persuasif serta visual yang ditampilkan.
    - Untuk pertukaran dalam percakapan, kekurangannya yaitu dalam realitanya tahapan-tahapan yang dipaparkan di atas tidak selalu digunakan dan memerlukan lebih dari satu orang. Sedangkan kelebihannya, pihak yang melakukan percakapan sama-sama aktif dan menguntungkan.
    - Untuk wacana kelas, kekurangannya yaitu memerlukan lebih dari satu orang karena bersifat interaktif. Sedangkan kelebihannya yaitu membuat pihak yang terlibat (guru dan siswa) merasa nyaman dan memungkinkan terciptanya pembelajaran yang efisien.

    • Jawaban untuk pertanyaan Risqy Hayati kelompok 3:
    Berikut adalah contoh percakapan yang mengalami pereaksian berupa penjelasan, ringkasan, dan perluasan.
    Guru: “Anak-anak, ada yang tahu apa itu kalimat?”
    Siswa: “Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari beberapa kata, Bu..”
    Guru: “Iya, benar! Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.”
    (siswa mengangguk)
    Guru: “Jadi, kalimat itu minimal terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat terbagi menjadi kalimat aktif dan kalimat pasif.”
    - Alasan yang lebih dominan digunakan dalam periklanan saat ini adalah preposisi campuran alasan objektif dan subjektif.

    • Jawaban dari pertanyaan Kelompok 4:
    Butir pasif adalah informasi-informasi lain yang berhubungan dengan topik yang diiklankan. Informasi tersebut dapat berupa nomor telepon, cap dagang, dan tempat pelayanan. Informasi tersebut pada hakikatnya merupakan informasi tambahan yang penting dan apabila dihilangkan dapat menimbulkan suatu masalah.

    BalasHapus